19 June 2013

Food: Warkop Solong

Wednesday, June 19, 2013
Selepas solat subuh, Warkop Solong tempat yang yummy untuk mengawali hari. Warkop yang bertempat di Ule Kareng ini berjarak sekitar 3 menitan dari rumah saya. Warkop Solong ini menjadi tempat favorit para “pasukan subuh” untuk memulai rutinitas. Kopi Susu panas plus Pulut Bakar merupakan sajian andalan warkop ini, aroma kopi yang tiada dua membuat lidah dan tangan pengunjung berdendang seirama.


(Lezat nya tak terkira)


Warkop Solong sudah berdiri sejak puluhan tahun yang lalu, nama Solong merupakan nama dari si CEO alias si empunya warkop tersebut. Warkop ini terkenal karena cita rasa kopi yang khas, tidak heran meskipun desain interior biasa-biasa saja namun para pengunjung yang menyicipi kopi solong setiap hari nya membludak.

Kopi Solong sudah cukup di kenal oleh kalangan bawah hingga birokrat, umumnya para pejabat daerah pernah menyicipi Kopi solong. Gubernur Aceh, Mantan Wapres Pak Jusuf Kalla, dan beberapa Mentri yang berkunjung ke Aceh sempat mampir ke Warkop yang satu ini. Tidak heran jika sebagian orang mengatakan “Belum ke Aceh kalau belum menikmati Kopi Solong”.

Sebenarnya apa sih yang membuat Kopi Solong begitu masyhur? Selidik punya selidik, saya menemukan jawaban dari seorang senior bahwa “Kopi Solong di gonseng langsung oleh si empunya warung. Racikan Kopi yang dihidangkan diformulasi sejak penggonsengan hingga dihidang. Untuk menjaga cita rasa, Kopi Solong berasal dari biji kopi pilihan”. Wah, luar biasa ternyata ya. “Saingan berat T*P Kopi ni” bisik saya. Hehehe..

(Slurppppppp.....aahhhh...)


Selain menyediakan Kopi dan Pulut Bakar, Warkop Solong juga menyediakan makanan- makanan lezat lainnya seperti pecal, gado-gado, nasi gurih, roti selai, dan berbagai hidangan lainnya. Pantaslah saya enggan beranjak dari Warkop yang satu ini. :)



Anda tertarik? Silahkan berkunjung ke Warkop yang satu ini.

8 June 2013

Food: Boh Drien

Saturday, June 08, 2013
(Boh Drien)

Kuning, bulat, berduri, itulah “Boh Drien” atau sering kita sapa dengan “Durian”. Buah berduri ini dalam bahasa latin dikenal dengan nama Durio zibethinus. Keberedaannya penuh pro-kontra, ini dikarenakan rasa dan aroma nya penuh perdebatan, terlebih bagi orang-orang phobia terhadap aroma-aroma yang menusuk. Namun bagi yang cinta dengan buah yang satu ini, keberadaannya cukup dinanti-nanti, karena rasanya “Cetar membahana badai ke ujung galaxy”.


Di Aceh ada beberapa jenis Boh Drien yang cukup terkenal, “Boh Drien Geumpang,  Boh Drien Tangse, Boh Drien Mekek, dan Boh Drien Lamno”. Kesemua Boh Drien tersebut memiliki ciri khas dan cita rasa yang berbeda-beda. Adapun nama-nama/istilah yang disematkan untuk masing-masing jenis durian dibedakan berdasarkan nama daerah asal si durian tersebut.

(Beuleukat Boh Drien)


Setiap musim Boh Drien, masyarakat Aceh memiliki tradisi “mengawinkan” buah ini dengan beras ketan, ditambah perpaduan santan, gula, air maka lahirlah Ketan Durian/Beuleukat Boh Drien. Yummy… Namun hidangan ini tidak bagi anda yang sudah Uzur… *opss.. Hehehe..

7 June 2013

Story: TUN SRI SANUSI JUNED” INSPIRASI PEMUDA ACEH

Friday, June 07, 2013

Nuansa keakraban, itulah yang saya rasakan manakala bertemu dengan segenap masyarakat Aceh  dalam sebuah konferensi (Aceh Development International Conference) yang diadakan di University of Malaya – Kuala Lumpur  beberapa waktu yang lalu. Acara yang berlangsung selama tiga hari tersebut dihadiri oleh segenap akademisi dan praktisi yang berasal dari Aceh.
Dari sekian banyak undangan yang hadir, ada sosok yang cukup mencuri perhatian saya yakni Tun Sanusi Juned atau yang sering disapa Y.B. Tan Sri Dato' Seri Sanusi Junid. Lahir di Yan Kampung Acheh Negeri Kedah. Kampung Acheh merupakan satu-satunya wilayah di luar Aceh dan di Dunia yang penduduknya masih bertutur dalam bahasa Aceh.

Tan Sri merupakan sosok figur yang sangat dihormati dan dikagumi oleh pemerintah Malaysia, beliau merupakan mantan Menteri Besar Kedah, seorang politikus senior yang memiliki darah Aceh. Dan yang cukup membuat kening saya berkerut kagum, beliau merupakan menantu dari cucu Teungku Muhammad Daud Beureueh, seorang tokoh ulama kharismatik Aceh.

Tan Sri yang pernah mengenyam pendidikan tinggi di bidang perbankan di London dan Jerman ini pada tahun 2000-2008 dipercayakan untuk menjadi Presiden Universiti Islam Antarbangsa Malaysia (UIAM).  Dan yang tak kalah menarik, meskipun lahir dan sudah menetap di negeri orang, beliau cukup fasih dalam berbahasa Aceh. Ini terlihat logat bahasa Aceh yang begitu kental dalam penyampaian pidato beliau.

Di sela-sela konferensi beliau menyampaikan pesan kepada masyarakat Aceh terkhusus kepada pemuda-pemudi untuk terus membangun Aceh. “Aceh harus menjadi bangsa yang maju, Aceh harus menjadi bangsa yang terdidik, suatu saat kita akan kembali merasakan kejayaan Aceh seperti masa Iskandar Muda” pesan beliau dengan semangat yang berapi-api. Tergambar jelas bahwa betapa beliau yang tidak dilahirkan di Aceh namun sangat mencintai Aceh.



Kini di usianya yang ke-70 tahun, Tan Sri aktif dalam berbagai rutinitas, menyambangi mahasiswa dan pemuda asal Aceh yang sedang mengenyam pendidikan di Negeri  Malaysia. Tak heran, karena kepedulian beliau terhadap masyarkat Aceh yang sedang merantau, beliau diamahkan menjadi Presiden The Aceh Club, sebuah badan perkumpulan masyarakat Aceh di seluruh dunia. Sungguh sosok yang cukup menjadi inspirasi bagi pemuda-pemudi Aceh.

Food: Roti Selai Samahani

Friday, June 07, 2013

Pada jam-jam 5-6 sore, aura-aura letih lemah lunglai kerap menghampiri pinggul saya. Indikasinya seperti bola mata mulai liar, nafas tersendat tak beraturan, serta pikiran menerawang hingga ke merauke. Sulit menstabilkan jiwa-jiwa yang bergelora seperti ini. Belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, “Roti Selai Samahani” lah yang mampu meredam onak di Jiwa. Ya, sekali lagi, “Roti Sele Samahani”.

Mungkin bagi anda yang berdomisili di Banda Aceh dan Aceh Besar tentu tidak asing lagi dengan yang namanya “Roti Sele Samahani”. Awalnya Roti ini hanya terkenal di seputaran Sibreh hingga Indrapuri saja. Namun seiring berjalannya waktu roti ini kian terkenal dan digemari oleh masyarkat Aceh.

Roti Selai Samahani merupakan Roti tawar yang dipadu dengan selai kuning. Selai ini memiliki cita rasa dan aroma yang khas. Menurut info yang saya dapati, telur ayam merupakan salah satu bahan dasar untuk membuat selai ini.  Berbeda dengan selai-selai roti yang dijual di minimarket-minimarket pada umumnya yang identik dengan rasa buah-buahan. “Samahani” sendiri merupakan nama dari sebuah Desa yang ada di Aceh Besar. Samahani mempelopori lahirnya roti tersebut hingga nama tersebut melekat kuat pada roti dan selainya.

 Akhir-akhir ini Roti Selai Samahani kerap kita jumpai di seputarana Kota Banda Aceh, masyarkat yang “ngidam” roti samahani tidak perlu menempuh perjalanan puluhan kilometer untuk menikmati kelezatan roti tersebut. Hampir diseluruh warung kopi-warung kopi yang ada di Banda Aceh kini menyediakan Roti ini.



Meskipun untuk menyicip roti ini tak perlu ke Samahani, namun saya sendiri lebih suka menikmati Roti ini di daerah asalnya. Menempuh perjalan yang lumayan jauh bukan soal, ada kepuasan tersendiri manakala bisa menikmati “Roti ajaib” ini di  Kampung Halaman si Roti. Karena “Ide-ide brilliant kerap kali muncul diantara himpitan kopi dan roti sele samahani”. ;)

About Us

Recent

recentposts

Random

randomposts